Dokter Pesona ikut kegiatan bakti sosial? Banyak yang bertanya karena, selama ini dokter Pesona praktek di rumah sakit setengah mewah. Yang notabene jarang atau gak pernah ada pasien yang datang dengan surat keterangan RT tanda tidak mampu atau pasien dengan askeskin.
Dokter Pesona yang terbiasa melayani pasien semi high class kena slenting pasien lower class di balai pengobatan pasien gratis dekat rumahnya.
Ceritanya gini : ini baru pertama kali ia ikut bakti sosial. Selama ini ia paling malas ngikutin bakti sosial karena tekor alias pasien yang datang gak dikenai biaya. Sungguh merepotkan buat dokter Pesona yang senang berdandan layaknya pria metropolis (bukan metro mini lho).
Hari itu entah terinspirasi dari mana ada malaikat di kepala dokter Pesona yang ngajak ikut melayani pasien tidak mampu. Dengan gayanya yang masih perlente, ia jalan petantang petenteng (ngerti gak artinya?) di depan pasien yang sudah banyak menunggu.
Mula mula semua berjalan lancar, pasien diperiksa dengan gaya gaya tebar pesonanya. Sampai pada akhirnya pasien dengan nomor urut 38 ( dokter Pesona udah mulai nggliyeng).
Pasien dengan nomor urut 38 sepasang suami istri, begini kira kira ceritanya :
" Selamat siang Pak, Bu, ada keluhan apa?"
"Tangan saya dok, linu...semua, kaki juga...semua badan juga " kata istri
"Ibu demam?"
"Gak dok, ini linu sama sakitnya tiap bangun pagi, ya kan pak?
Suaminya manggut manggut
"Wah bisa bisa ibu kena rematik nih, sudah berapa lama?" tanya dokter Pesona
"Sudah lama hampir 1 tahun, orang orang bilang saya encok"
"Coba makannya di hindari dulu yang kacang kacangan bu" jawab dokter Pesona
"Dok, ini termasuk keropos tulang bukan?" suaminya ikutan nimbrung
"Bisa juga, ibu anaknya ada berapa?" dokter Pesona udah mulai gak konsentrasi
"Lima, kenapa?"
"Bisa jadi calcium yang ada di tulang ibu banyak terserap ke bayi waktu hamil dan menyusui dan ibu kekurangan banyak Calcium, ibu banyak minum susu calcium ya"
"Seperti apa itu susu calcium?"
"Contohnya aja, susu Calcium, susu Tulang, susu Keropos" (dokter Pesona menyebutkan dengan cepat merek merek susu calcium yang ada di supermarket tempat dia biasa belanja, karena biasanya pasien di rumah sakit setengah mewahnya langsung setuju dan membeli).
"Wah, itu mahal semua dok, mana sanggup beli saya, beli susu buat anak saya aja ngutang!" suaminya jawab dengan cepat.
Dokter Pesona tiba tiba jadi kaget dan mulai menemukan kesadaran sekarang ia berada di mana.
"Iya Pak, memang mahal, kalau begitu untuk ngilangin sakit linunya sementara saya kasih obat, coba ibu usahakan mandi airnya jangan terlampau dingin, mandinya pakai air hangat saja" dokter Pesona mengembalikan ke topik.
"Wah, itu lagi...mandi air hangat...minyak tanah sekarang mahal dok!" suaminya kembali menjawab.
Dokter Pesona, yang sudah mulai nggliyeng, lapar, acak acak an, (hilang semua pesonanya) garuk garuk kepala sambil tersenyum masam, kemudian belagak menulis resep sambil memberikan penjelasan mengenai obat yang akan dia berikan.
Dokter Pesona yang terbiasa melayani pasien semi high class kena slenting pasien lower class di balai pengobatan pasien gratis dekat rumahnya.
Ceritanya gini : ini baru pertama kali ia ikut bakti sosial. Selama ini ia paling malas ngikutin bakti sosial karena tekor alias pasien yang datang gak dikenai biaya. Sungguh merepotkan buat dokter Pesona yang senang berdandan layaknya pria metropolis (bukan metro mini lho).
Hari itu entah terinspirasi dari mana ada malaikat di kepala dokter Pesona yang ngajak ikut melayani pasien tidak mampu. Dengan gayanya yang masih perlente, ia jalan petantang petenteng (ngerti gak artinya?) di depan pasien yang sudah banyak menunggu.
Mula mula semua berjalan lancar, pasien diperiksa dengan gaya gaya tebar pesonanya. Sampai pada akhirnya pasien dengan nomor urut 38 ( dokter Pesona udah mulai nggliyeng).
Pasien dengan nomor urut 38 sepasang suami istri, begini kira kira ceritanya :
" Selamat siang Pak, Bu, ada keluhan apa?"
"Tangan saya dok, linu...semua, kaki juga...semua badan juga " kata istri
"Ibu demam?"
"Gak dok, ini linu sama sakitnya tiap bangun pagi, ya kan pak?
Suaminya manggut manggut
"Wah bisa bisa ibu kena rematik nih, sudah berapa lama?" tanya dokter Pesona
"Sudah lama hampir 1 tahun, orang orang bilang saya encok"
"Coba makannya di hindari dulu yang kacang kacangan bu" jawab dokter Pesona
"Dok, ini termasuk keropos tulang bukan?" suaminya ikutan nimbrung
"Bisa juga, ibu anaknya ada berapa?" dokter Pesona udah mulai gak konsentrasi
"Lima, kenapa?"
"Bisa jadi calcium yang ada di tulang ibu banyak terserap ke bayi waktu hamil dan menyusui dan ibu kekurangan banyak Calcium, ibu banyak minum susu calcium ya"
"Seperti apa itu susu calcium?"
"Contohnya aja, susu Calcium, susu Tulang, susu Keropos" (dokter Pesona menyebutkan dengan cepat merek merek susu calcium yang ada di supermarket tempat dia biasa belanja, karena biasanya pasien di rumah sakit setengah mewahnya langsung setuju dan membeli).
"Wah, itu mahal semua dok, mana sanggup beli saya, beli susu buat anak saya aja ngutang!" suaminya jawab dengan cepat.
Dokter Pesona tiba tiba jadi kaget dan mulai menemukan kesadaran sekarang ia berada di mana.
"Iya Pak, memang mahal, kalau begitu untuk ngilangin sakit linunya sementara saya kasih obat, coba ibu usahakan mandi airnya jangan terlampau dingin, mandinya pakai air hangat saja" dokter Pesona mengembalikan ke topik.
"Wah, itu lagi...mandi air hangat...minyak tanah sekarang mahal dok!" suaminya kembali menjawab.
Dokter Pesona, yang sudah mulai nggliyeng, lapar, acak acak an, (hilang semua pesonanya) garuk garuk kepala sambil tersenyum masam, kemudian belagak menulis resep sambil memberikan penjelasan mengenai obat yang akan dia berikan.
Setelah selesai memeriksa pasien terahir (no 42), dokter Pesona terpekur mengingat kejadian diprotes oleh pasien no 38 tadi, tampaknya ia harus perlu lebih banyak beradaptasi di mana dia sedang praktek.
( ini hanya cerita fiktif belaka, mohon maaf bila ada kesamaan kejadian, nama, dan tempat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar